Masjid adalah tempat ibadah yang tidak susah untuk kita temukan di Negara tercinta kita ini Indonesia Raya. Hal itu karena mayoritas penduduk disini adalah muslim atau beragama islam. Tapi seyogyanya masjid bukan hanya untuk tempat sembahyang atau shalat kaum muslim,tapi lebih dari itu. Pada masa kejayaan islam di nusantara masjid di manfaatkan kaum muslim sebagai pusat kehidupan keagamaan dan manifestasi nilai seni arsitektur islam.
Coba kita perhatikan, masjid di Indonesia pasti mempunyai ciri khas atau karakter di banding dengan Negara lain di luar sana selain unsur standar sebuah masjid seperti kubah, mihrab dan menara. Apa lagi kita perhatikan masjid-masjid kuno atau lawas seperti masjid-masjid di Demak, Banten, Cirebon, Yogyakarta, Sumenep, Surakarta dan Banda Aceh. Meskipun perbedaan karakteristik mangunan masjid dari satu wilayah satu dengan wilayah lain tidak hanya ada di Indonesia.
Tapi yang menarik untuk kita bahas adalah karakter masjid kuno di Indonesia yang tentu saja tidak dimiliki Negara lain seperti yang pertama kita perlu perhatikan adalah bagian teras atau dulu sering di sebut punden yang berundak atau menyerupai tangga yang bertingkat. Kenapa harus berundak? Karena punden pada masa sebelum islam masuk ke Indonesia masyarakat ketika memanjatkan doa adalah di punden. Jadi bisa di artikan punden itu objek pemujaan atau pihak yang di puja, maka dari itu keberadaan undak atau tangga di sini di anggap sebagai simbol untuk mengantarkan hamba kepada sang khaliq Allah SWT dengan shalat lima waktu.
Yang kedua adalah karakteristik atap masjid yang berundak, hal ini tidak lepas dari kebudayaan Indonesia pada masa Hindu-Budha. Karena bentuk atap yang berundak yang umumnya di sebut meru tersebut di percayai sebagai bangunan suci tempat bersemayamnya para dewa. Hal ini di manfaatkan kaum muslim untuk memancing atau sebagai daya Tarik tersendiri bagi pemeluk Hindu-Budha. Selain itu, menyesuaikan dan memudahkan aliran air di atap pada waktu musim penghujan sekaligus berguna sebagai ventilasiuntuk mengatur suhu di dalam masjid supaya tetap terjaga kesejukannya.
Dan yang terakhir adalah adanya alun-alun. Ha apa alun-alun, apa hubungnnya? Dulu pada masa peralihan Hindu-Budha ke Islam masjid-masjid kuno tersebut selalu di bngun berdekatan dengan komplek rumah atau kediaman sang raja yang sekarang kita sebut dengan alun-alun. Itu semua tujuannya tidak lain dan tidak bukan untuk menunjukkan bahwa pemimpin sekaligus penguasa setempat muslim atau beragama islam. Selain itu masjid pada masa itu selaindigunakan sebagai ritual suci keagamaan juga dimanfaatkan untuk tempat pertunjukkan seni bernuansa agamis.
Pada masa sekarang juga banyak masjid mengusung konsep klasik atau kuno. untuk menambah kesan etnik dan elegan ada beberapa hal perlu diperhatikan adalah penggunaan material yang iconic dan dekorasinya. Untuk menambah kesan klasik sebaiknya menggunakan produk yang berbahan dasar kuningan. Seperti kubah kuningan, mihrab kuningan, kaligrafi kuningan, lampu gantung kuningann, cover lampu kuningan. Selain itu pemilihan warna masjid juga harus cenderung kalem dan tidak mencolok.
Namun untuk pemilihan dan mendapatkan perlengkapan masjid yang berbahan dasar logam kuningan, anda jangan khawatir. Kami dari siap membantu untuk konsultasi sekaligus menyediakan perkakas dan perlengkapan masjid yang anda butuhkan dengan harga yang terjangkau, berkualitas dan dengan desain yang estetik tentunya. Kami juga melayani pemesanan dengan desain dan ukuran sesuai yang diinginkan. Dan yang tidak kalah penting, produk kami dikerjakan oleh para pengrajin kuningan yang sudah tidak bisa diragukan lagi jam terbangnya serta bahan dasar yang terbaik tentunya. Telitilah sebelum membeli untuk info selanjutnya bisa kunjungi website kami di kerajinankuningantembaga.com dan bisa juga untuk pemesanan custom ukuran dan penyesuaian logam kuningannya mealui WA 081 227 192 500. Happy shopping, matur sembah nuwun.